Bismillah,akhi,ukhti,tau gak nikmat Allah AzzawaJalla
yang sering tidak kita syukuri ?.Yaps benar sekali HUJAN. Entah karena mau pergi lalu hujan, jemur
pakaian belum kering lalu hujan, jemur padi lalu hujan, mau sekolah lalu hujan,
akhirnya kita mengeluh kenapa hujan. Yang sebenarnya merupakan nikmat yang
Allah berikan.Kita sebagai manusia memang tempatnya lupa dan salah, tapi yok
perbaiki diri, jangan sering-sering lupa dan salahnya. Mau lebih tahu bagaimana
adab ketika turun hujan dan doanya? Silakan baca lebih lanjut akhi,ukhti.Cekidot.
Allah ta’ala berfirman:
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي
تَشْرَبُونَ – أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ
الْمُنْزِلُون
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS. Al
Waqi’ah : 68-69)
Begitu juga firman Allah ta’ala:
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ
مَاءً ثَجَّاجًا
“Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah.”
(QS. An Naba’ : 14)
Allah ta’ala juga berfirman:
فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ
خِلَالِهِ
“Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari
celah-celahnya.” (QS. An Nur : 43) yaitu dari celah-celah awan. (Lihat
Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah, 24/262, Maktabah Syamilah)
Allah ta’ala juga mengatakan yang demikian dalam firman-Nya:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى
الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ
إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat
bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia
bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat
menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Fushshilat : 39)
Hujan, sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.
Adab Ketika Hujan
- Turunnya Hujan, Salah Satu Waktu Terkabulnya Do’a
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
اُطْلُبُوا
اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ،
وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“Carilah do’a yang
mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat
dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.” (Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i
dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal.
Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shohihul Jami’)
Begitu juga terdapat hadits
dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ثِنْتَانِ لا
تُرَدَّانِ، أَوْ قَالَ: مَا تُرَدَّانِ، الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَعِنْدَ
الْبَأْسِ، حِينَ يَلْتَحِمَ بَعْضُهُ بَعْضًا وَفِي رِوَايَة : ” وَتَحْتَ
المَطَر ”
“Dua orang yang tidak
ditolak do’anya adalah: [1] ketika adzan dan [2] ketika rapatnya barisan pada
saat perang.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Dan ketika hujan turun.”
(HR. Abu Daud dan Ad Darimi, namun Ad Darimi tidak menyebut, “Dan ketika hujan
turun.” Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih)
- Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan
Apabila Allah memberi nikmat
dengan diturunkannya hujan, dianjurkan bagi seorang muslim untuk membaca do’a,
اللَّهُمَّ
صَيِّباً ناَفِعاً
“Ya Allah, turunkanlah
hujan yang bermanfaat.”
Itulah yang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat hujan turun. Hal ini berdasarkan hadits
dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tatkala melihat hujan turun, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengucapkan ‘Allahumma shoyyiban nafi’an’. (HR. Bukhari, Ahmad, dan An Nasai).
Yang dimaksud shoyyiban adalah hujan. (Lihat Al Jami’ Liahkamish Sholah, 3/113,
Maktabah Syamilah dan Zaadul Ma’ad, I/439, Maktabah Syamilah)
- Janganlah Mencela Hujan
Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ
مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun
yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaaf [50]: 18)
Kata-kata mencela hujan, bisa
termasuk kebathilan sebagaimana seseorang mencela makhluk yang tidak dapat
berbuat apa-apa seperti masa (waktu).
Hal ini dapat dilihat pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.’ “ (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shohih)
Hal ini dapat dilihat pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.’ “ (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shohih)
Nah dari dalil di atas terlihat
bahwa mencaci maki masa (waktu), angin dan makhluk lain yang tidak dapat berbuat
apa-apa, termasuk juga hujan adalah terlarang.
0 komentar:
Posting Komentar